Jumat, 25 Juni 2010

Kisah Abu Bakar (1)

Dari Ahmad dan At-Tabarani dari Abu Hurairah r.a. bahwa seorang lelaki telah mencerca Abu Bakar r.a. Ketika itu, Rasulullah SAW juga sedang duduk di sana. Baginda SAW tersenyum dan keheranan melihatkan keadaan lelaki tersebut. ketika lelaki itu mula bersikap kurang ajar terhadap dirinya, Abu Bakar r.a. pun membalas beberapa kata lelaki tersebut. Dengan yang demikian, Rasulullah SAW menjadi marah lalu bangun dan dibuntuti oleh Abu Bakar r.a.. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah SAW: "Lelaki itu bersikap kurang ajar terhadap diriku, oleh karna itu aku membalasnya. Ketika aku mulai membalasnya,engkau meninggalkan kami di tempat itu".

Rasulullah SAW bersabda: "Apabila kamu tidak membalas kata-katanya, terdapat malaikat yang membalasnya untukmu. Walau bagaimanapun apabila kita mulai membalas kata-kata kasarnya itu syetan mula mengambil tempat dan duduk di antara kamu. yang demikian itu aku tidak mau duduk bersama-sama dengan syaitan".

Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi: "Ya Abu Bakar ! Terdapat tiga perkara yang benar yaitu:
1)Apabila seorang hamba itu dizalimi dengan satu kezaliman, maka dia meninggalkan tempat itu semata-mata kerana Allah, Allah akan menguatkan dan membantunya.
2)Apabila seseorang itu membuka pintu kedermawannannya dan memberi hadiah, maka Allah akan menambahkan kekayaannya.
3)Apabila seseorang itu mula meminta-minta untuk menambahkan kekayaannya, maka Allah akan mengurangkan kekayaannya.

Subhanallah..betapa indah Islam ini mengajarkan kita banyak hal, yang tentu lebih baik...
Semoga kita semua bisa mengambil ibroh (pelajaran) dari shiroh ini..amin...

Rabu, 09 Juni 2010

Kisah Sha'b dan Auf

Mungkin alangkah indah, jika kita memiliki sahabat atau teman, yang benar-benar baik, menyayangi kita, dan selalu mengingatkan kita jika kita melakukan suatu kesalahan, teman yang baik tentu bukan teman yang ada manakala kita senang-seneng saja, melainkan teman yang selalu ada disaat kita melalui masa masa yang sulit ataupun masa dimana kebahagian ada dalam genggaman kita, sahabat yang baik bukanlah sahabat yang selalu membenarkan apa yang dianggap oleh kita benar, melainkan ia bisa mendukung kita manakala kita benar dan menunjukan hal yang benar manakala kita salah. Persahabat yang diikat oleh tali agama alloh tentu akan lebih kuat, dari persahabatan apapun. Tak jarang, sahabat yang benar-benar memiliki ruh yang bagus dan nilai solidaritas yang baik sering menjadi sahabat impian semua orang, dan sahabat yang baik itu biasanya memiliki nilai keitsaran yang lebih, banyak kisah shiroh sahabat pada saat dulu mengajarkan kita banyak hal, salah satunya kisah yang satu ini. Mudah-mudahan kita bisa mengambil hikmahnya...

Diceritakan ada dua orang lelaki dari kalangan sahabat Rasulullah s.w.a. berteman baik saling ziarah menziarahi antara satu dengan lainnya. Mereka adalah Sha'b bin Jastamah dan Auf bin Malik.

"Wahai saudaraku, siapa di antara kita yang pergi (meninggal dunia) terlebih dahulu, hendaknya saling kunjung mengunjungi." kata Sha'b kepada Auf di suatu hari.
"Betul begitu?" tanya Auf.
"Betul." jawab Sha'b.
Ditakdirkan Allah, Sha'b meninggal dunia terlebih dahulu. Pada suatu malam Auf bermimpi melihat Sha'b datang mengunjunginya.
"Engkau wahai saudaraku?" tanya Auf.
"Benar." jawab Sha'b.
"Bagaimana keadaan dirimu?"
"Aku mendapatkan keampunan setelah mendapat musibah."
Apabila Auf melihat pada leher Sha'b, dia melihat ada tanda hitam di situ.
"Apa gerangan tanda hitam di lehermu itu?" tanya Auf.
"Ini adalah akibat sepuluh dinar yang aku pinjam dari seseorang Yahudi, maka tolong jelaskan hutang tersebut. Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa tidak satupun kejadian yang terjadi di dalam keluargaku, semua terjadi pula setelah kematianku. Bahkan terhadap kucing yang matipun dipertanggungjawabkan juga. Ingatlah wahai saudaraku, bahwa anak perempuanku yang mati enam hari yang lalu, perlu engkau beri pelajaran yang baik dan pengertian baginya."

Perbincangan di antara kedua-dua lelaki yang bersahabat itu terhenti kerana Auf terjaga dari tidurnya. Dia menyadari bahwa semua yang dimimpikannya itu merupakan pelajaran dan peringatan baginya. Pada sebelah paginya dia segera pergi ke rumah keluarga Sha'b.

"Selamat datang wahai Auf. Kami sangat gembira dengan kedatanganmu." kata keluarga Sha'b. "Beginilah semestinya kita bersaudara. Mengapa anda datang setelah Sha'b tidak ada di dunia?"
Auf menerangkan maksud kedatangannya yaitu untuk memberitahukan semua mimpinya malam tadi. Keluarga Sha'b faham akan semuanya dan percaya bahwa mimpinya itu benar. Mereka pun mengumpulkan sepuluh dinar dari wang simpanan Sha'b sendiri lalu diberikan kepada Auf agar dibayarkan kepada si Yahudi.
Auf segera pergi ke rumah si Yahudi untuk menjelaskan hutang Sha'b.
"Adakah Sha'b mempunyai tanggungan sesuatu kepadamu?" tanya Auf.
"Rahmat Allah ke atas Sha'b Sahabat Rasulullah S.A.W. Benar, aku telah memberinya pinjaman sebanyak sepuluh dinar." jawab si Yahudi.
Setelah Auf menyerahkan sepuluh dinar, si Yahudi berkata: "Demi Allah dinar ini serupa benar dengan dinarku yang dipinjamnya dulu."
Dengan demikian, Auf telah melaksanakan amanah dan pesan saudara seagamanya yang telah meninggal dunia.

Subhanallah...meskipun kisah ini sudah sering kita baca atau kita dengar, namun pembelajaran dari kisah ini mungkin kadang kita lupakan, oleh sebab itu saudariku, persahabatan yang indah yang diikat oleh DinNya akan terasa lebih bermakna jika diaplikasikan dalam wujud real dalam kehidupan ini, rasanya akan lebih terasa ruhnya ketika kita mengatakan "uhibbuki fillah ukh.." dan sebagainya, diiringi dengan aplikasi amalan dalam hal yang lebih nyata. Subhanallah...