Tadi pagi ada hal yang membuat jantungku merasa deg-degan lebih kencang, karna hampir saja nincak kodok,,hi..takut,, bayangan-bayangan kisah tidak sedap nampil dimemoriku, ya..kisah candaan tentang nginjak kodok, tapi diluar semua itu, meneketehe ah, karna apalah arti dari sebuah nama,rupa,kekayaan, jabatan dkk, semua adalah fatamorgana, bayang-bayang semu yang menyilaukan mata yang akan fana, karna sesungguh yang menentukan kemuliaan seseorang disisi Alloh SWT hanyalah sebuah ketaqwaan, nach sebelumnya afwan karna lupa lagi ini kisah dari buku yang mana, yang jelas shiroh githu namun lupa karna dah beberapa lama, jadi gak di tampilkan sumbernya, namun teringat kembali kisah ini, gara-gara nginjak kodok tadi, ya..kisah pemuda buruk rupa...
Kisah ini terjadi pada zaman Nabi Daud. Nabi Daud adalah seorang nabi yang sangat menyayangi kaum muda, karena ia beranggapan bahwa pemudalah yang mampu merubah keadaan menjadi lebih baik. Nabi Daud mempunyai sebuah majelis, dan disanalah Ia mengajarkan risalah dan tuntunan wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. Di majelis tersebut, sering datang seorang pemuda yang berwajah tak sedap dipandang mata.
Pokoknya dilihat darimana saja, wajahnya tetap saja tak menyejukkan mata. Pemuda ini seringkali duduk berjam-jam. Tak jarang ketika semua orang telah bubarpun ia masih merenung seoang diri. Tapi ada yang aneh dengan pemuda tersebut. Meski sering datang dan duduk lama, ia tak pernah mengucapkan sepatah kata pun, baik untuk bertanya maupun untuk mengemukakan pendapatnya.
Suatu hari, datang ke majelis tersebut malaikat Izrail sang pencabut nyawa. Ia memandang pemuda itu dengan tatapan mata yang tajam. Nabi Daud merasakan ada yang tak beres, kemudian nabi Daud bertanya. "Aku diutus Allah untuk mencabut nyawanya minggu depan," kata Izrail sambil menunjuk pada sang pemuda. Kontan, setelah mendengar penjelasan tersebut nabi Daud pun jatuh iba pada sang pemuda. Kemudian dengan penuh kasih ia mendekati pemuda tersebut dan bertanya. "Hai pemuda, sudahkah kau menikah?" tanya nabi Daud pada sang pemuda. "Belum," jawabnya jujur.
Setelah mendengar pengakuan sang pemuda maka bertambah iba lah nabi Daud pada pemuda tersebut. Ditulisnya surat untuk seorang pemuka kaum Bani Israil dengan maksud meminang salah satu putrinya untuk dinikahkan dengan pemuda tersebut. Nabi Daud meminta sang pemuda untuk mengantarkan suratnya, dan alhamdulillah, pinangan tersebut langsung diterima. Betapa gembiranya hati sang pemuda kala itu.
Maka pernikahan pun dilangsungkan dengan semua biaya ditanggung nabi Daud. Setelah berbulan madu, sang pemuda yang kini telah beristri itu datang lagi ke majelis nabi Daud. "Hai pemuda, bagaimana bulan madumu selama seminggu," sapa nabi Daud ketika melihat pemuda itu di dalam majelis. "Aku belum pernah merasakan nikmat Allah yang sebaik itu," jawab sang pemuda. Nabi Daud teringat, bahwa hari itu telah dijanjikan malaikat Izrail untuk mencabut nyawa sang pemuda. Namun anehnya, malaikat Izrail tak nampak. nabi daud pun meminta kepada sang pemuda untuk datang ke majelisnya minggu depan. Tapi kejadian serupa terulang, Izrail tak menampakkan diri bahkan sampai delapan minggu.
Pada suatu saat datanglah malaikat Izrail ke majelis nabi Daud. Pada saat yang bersamaan pemuda itupun hadir pula. Nabi Daud pun langsung menegur malaikat Izrail. "Mengapa engkau tak menepati janjimu padahal beberapa minggu telah berlalu ?" tanya nabi Daud as. "Wahai Daud Allah telah mengasihi pemuda itu karena kasih sayangmu padanya dan menyuruhnya menikah. Maka Allah memanjangkan umurnya sampai tiga puluh tahun lagi," Jelas Izrail.
Nach, subhanalloh kan? Begitu sayangnya seorang nabi pada sahabat-sahabatnya, dan begitu maha kasih sayangNya Alloh kepada hamba-hambaNya, teringat sebuah hadits man laa yar ham laa yurham,,(siapa yang tidak penyayang tidak akan disayangi)...
Jadi sudahkah kita menyayangi saudara/i kita dengan sebaik-baiknya kasih sayang??
Meskipun kata sebuah lagu" kasih manusia sering bermusim, sayang manusia tiada abadi", namun apa salahnya jika kita selalu menanamkan sifat dan sikap kasih dan sayang untuk saudara/i kita...ya khan!! hem.. :)
Kisah ini terjadi pada zaman Nabi Daud. Nabi Daud adalah seorang nabi yang sangat menyayangi kaum muda, karena ia beranggapan bahwa pemudalah yang mampu merubah keadaan menjadi lebih baik. Nabi Daud mempunyai sebuah majelis, dan disanalah Ia mengajarkan risalah dan tuntunan wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. Di majelis tersebut, sering datang seorang pemuda yang berwajah tak sedap dipandang mata.
Pokoknya dilihat darimana saja, wajahnya tetap saja tak menyejukkan mata. Pemuda ini seringkali duduk berjam-jam. Tak jarang ketika semua orang telah bubarpun ia masih merenung seoang diri. Tapi ada yang aneh dengan pemuda tersebut. Meski sering datang dan duduk lama, ia tak pernah mengucapkan sepatah kata pun, baik untuk bertanya maupun untuk mengemukakan pendapatnya.
Suatu hari, datang ke majelis tersebut malaikat Izrail sang pencabut nyawa. Ia memandang pemuda itu dengan tatapan mata yang tajam. Nabi Daud merasakan ada yang tak beres, kemudian nabi Daud bertanya. "Aku diutus Allah untuk mencabut nyawanya minggu depan," kata Izrail sambil menunjuk pada sang pemuda. Kontan, setelah mendengar penjelasan tersebut nabi Daud pun jatuh iba pada sang pemuda. Kemudian dengan penuh kasih ia mendekati pemuda tersebut dan bertanya. "Hai pemuda, sudahkah kau menikah?" tanya nabi Daud pada sang pemuda. "Belum," jawabnya jujur.
Setelah mendengar pengakuan sang pemuda maka bertambah iba lah nabi Daud pada pemuda tersebut. Ditulisnya surat untuk seorang pemuka kaum Bani Israil dengan maksud meminang salah satu putrinya untuk dinikahkan dengan pemuda tersebut. Nabi Daud meminta sang pemuda untuk mengantarkan suratnya, dan alhamdulillah, pinangan tersebut langsung diterima. Betapa gembiranya hati sang pemuda kala itu.
Maka pernikahan pun dilangsungkan dengan semua biaya ditanggung nabi Daud. Setelah berbulan madu, sang pemuda yang kini telah beristri itu datang lagi ke majelis nabi Daud. "Hai pemuda, bagaimana bulan madumu selama seminggu," sapa nabi Daud ketika melihat pemuda itu di dalam majelis. "Aku belum pernah merasakan nikmat Allah yang sebaik itu," jawab sang pemuda. Nabi Daud teringat, bahwa hari itu telah dijanjikan malaikat Izrail untuk mencabut nyawa sang pemuda. Namun anehnya, malaikat Izrail tak nampak. nabi daud pun meminta kepada sang pemuda untuk datang ke majelisnya minggu depan. Tapi kejadian serupa terulang, Izrail tak menampakkan diri bahkan sampai delapan minggu.
Pada suatu saat datanglah malaikat Izrail ke majelis nabi Daud. Pada saat yang bersamaan pemuda itupun hadir pula. Nabi Daud pun langsung menegur malaikat Izrail. "Mengapa engkau tak menepati janjimu padahal beberapa minggu telah berlalu ?" tanya nabi Daud as. "Wahai Daud Allah telah mengasihi pemuda itu karena kasih sayangmu padanya dan menyuruhnya menikah. Maka Allah memanjangkan umurnya sampai tiga puluh tahun lagi," Jelas Izrail.
Nach, subhanalloh kan? Begitu sayangnya seorang nabi pada sahabat-sahabatnya, dan begitu maha kasih sayangNya Alloh kepada hamba-hambaNya, teringat sebuah hadits man laa yar ham laa yurham,,(siapa yang tidak penyayang tidak akan disayangi)...
Jadi sudahkah kita menyayangi saudara/i kita dengan sebaik-baiknya kasih sayang??
Meskipun kata sebuah lagu" kasih manusia sering bermusim, sayang manusia tiada abadi", namun apa salahnya jika kita selalu menanamkan sifat dan sikap kasih dan sayang untuk saudara/i kita...ya khan!! hem.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar